Sunday, December 9, 2018

Bertamu ke rumah Jenderal Besar A.H Nasution


Di awal bulan Desember ini, saya menyempatkan untuk berkunjung ke Museum Sasmita Loka Jenderal Besar A.H Nasution. Museum ini terletak di Jl. Teuku Umar, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat. Saya berkunjung di hari Sabtu karena menurut informasi, museum ini buka di hari Selasa hingga Minggu pukul 8.00 sampai 16.00 dan tutup di hari Senin.

Tampak Depan Museum

Senang sekali rasanya bisa berkunjung ke Museum ini, karena Jenderal Besar Abdul Haris Nasution yang lebih dikenal dengan sebutan A.H Nasution atau Pak Nas adalah salah satu tokoh idola saya. Jenderal Nasution adalah salah satu target penculikan PKI pada tanggal 1 Oktober 1965. Beliau berhasil lolos dibantu oleh sang istri Ibu Yolanda dengan melewati pagar samping rumahnya yang bertetanggaan dengan kedutaan Irak. Namun putri  bungsunya Ade Irma Suryani Nasution tewas tertembak dan ajudan setianya Lettu Pierre Andries Tendean berhasil diculik oleh PKI sebelum akhirnya pada tanggal 5 Oktober 1965 ditemukan tewas sebagai perisai bangsa dan terkubur di Lubang Buaya bersama 6 Jenderal lain. Mereka kemudian diberi gelar sebagai Pahlawan Revolusi. Jenderal Nasution sendiri wafat pada tahun 2000 di usianya yang ke 87 tahun.

Jenderal A.H Nasution

Plakat dan penghargaan

Bangunan museum ini adalah rumah yang dahulu dihuni oleh Jenderal A.H Nasution dan keluarga pada saat peristiwa 1 Oktober terjadi. Dari luar Museum kita dapat melihat patung Jenderal A.H Nasution yang berdiri tegak dan di sebelah kirinya terdapat patung meriam. Pada saat saya mengunjungi museum, kebetulan museum sedang sepi pengunjung. Saya diminta untuk menulis buku tamu dan mulai memasuki ruangan demi ruangan di rumah tersebut.

Koleksi Jend. Nasution
Dimulai dari ruangan terdepan adalah ruang tamu, disini terdapat patung setengah badan Jenderal Nasution, kursi tamu yang biasa digunakan Jenderal Nasution, penghargaan dan plakat serta beberapa koleksi beliau.

Kursi Tamu

Dari ruangan tamu juga kita dapat melihat ruang kerja beliau yang berada disebelahnya. Di ruang kerja terdapat diorama Jenderal Nasution yang menceritakan kegiatan beliau di ruangan tersebut yaitu sedang menulis di meja kerjanya. Di samping meja kerja terdapat rak yang berisi buku-buku beliau dan dinding pun dihiasi dengan penghargaan-penghargaan yang pernah beliau terima.

Diorama di ruang kerja


Setelah ruang kerja, saya pun diarahkan memasuki ruangan selanjutnya yaitu sebuah lorong yang mengarah ke kamar tidur Jenderal Nasution yang sebelumnya di sebelah kanan lorong, terdapat ruangan yang berisikan senjata-senjata dan pakaian serta foto dan tepat di lorong terdapat diorama 3 orang cakrabirawa yang mengisahkan tentang kejadian pada saat penembakan yang mengarah ke kamar tidur Jenderal Nasution yang berada di sebelah kiri.

Lorong
Kamar tidur



Di pintu kamar terdapat 5 lubang bekas tembakan yang dulu dilayangkan Cakrabirawa yang hendak menculik Jenderal Nasution dan pada akhirnya menewaskan putrinya Ade Irma. Konon pintu tersebut beserta bekas tembakannya adalah pintu asli yang digunakan dan belum diganti pada saat peristiwa mengenaskan itu terjadi. Di dalam kamar tidur kita dapat melihat ruang tidur beserta diorama Jenderal Nasution yang sedang menyelamatkan diri dengan memanjat tembok yang bersebelahan dengan kedutaan Irak, juga diorama ibu Yolanda yang memerintahkan beliau untuk lari sambil menggendong putri bungsunya yang sudah tertembak.

Bekas tembakan
Saat melarikan diri



Kemudian kita memasuki ruangan berikutnya adalah ruang makan, di ruang ini terdapat diorama yang menceritakan bagaimana Ibu Yolanda menghadapi pasukan Cakrabirawa yang menanyakan keberadaan suaminya sambil menggendong Ade Irma dengan darah yang sudah mengalir dari tubuhnya karena terkena tembakan.

Ibu Yolanda menghadapi Cakrabirawa



Saya kembali keluar rumah dan melihat di sebelah bangunan rumah, kita dapat melihat pahatan dinding yang menceritakan secara singkat perjalanan karir seorang Jenderal Besar A.H Nasution. Disini juga saya menemukan ruangan yang di dalamnya terdapat diorama tentang bagaimana Lettu Pierre Tendean, ajudan dari Jenderal Nasution, diculik ke Lubang Buaya karena Cakrabirawa mengira beliau adalah Jenderal Nasution yang mereka cari.

Pahatan dinding

Diorama Lettu Tendean

Berjalan ke arah belakang kita dapat menemukan sebuah taman dengan kolam yang asri dan di sana terdapat sebuah mobil terparkir. Mobil tersebut adalah mobil yang digunakan Jenderal Nasution semasa hidupnya.

Kendaraan Jend. Nasution

Begitulah cerita saya mengunjungi rumah Jenderal Besar A.H Nasution. Banyak sekali cerita di rumah ini yang pastinya akan menambah ilmu dan wawasan kita tentang sejarah. Kalo punya waktu senggang untuk berlibur, tidak ada salahnya kita berkunjung ke museum ini karena di museum ini kita dapat diceritakan kembali melalui diorama-diorama tentang bagaimana mengenaskannya peristiwa 1 Oktober 1965.

Baca juga Museum Sasmita Loka Jenderal Ahmad Yani
Baca Juga Jalan-Jalan ke Monumen Pancasila Sakti

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komen agar saya bisa berkunjung balik :)