Thursday, December 13, 2018

Lumba-lumba berakhir di Sirkus

Seringkali di tempat wisata kita menemukan tontonan sirkus lumba-lumba. Dan ini sudah berlangsung lama di Indonesia tanpa adanya tindakan tegas untuk melindungi lumba-lumba. Lumba-lumba adalah mamalia yang lucu dan pintar. Bahkan kecerdasan lumba-lumba berada di tingkat kedua setelah manusia dan disebut sebagai non human person. Maka dari itu, lumba-lumba dapat mengerti dan merasakan hampir sama seperti manusia. Tidak hanya itu lumba-lumba juga banyak berperan untuk membantu nelayan, mereka menggiring ikan-ikan dan memberi tanda apabila jaring nelayan sudah penuh. Baik bukan?

Ironisnya banyak sekali sirkus lumba-lumba yang menawarkan kita tontonan yang menarik dan iming-iming edukasi untuk anak-anak. Benarkah begitu? Mari kita lihat!

1. Dipisahkan dari kelompoknya

Lumba-lumba hidup di laut lepas secara berkelompok. Pada saat manusia datang untuk membawanya, mereka dipaksa berpisah dari kelompok dan keluarganya. Seperti yang sudah dibahas, lumba-lumba adalah mamalia cerdas yang kecerdasannya hampir setara dengan manusia. Nah kalau begitu, bayangkan apabila kita dipisahkan dari keluarga kita? Itu juga yang dirasakan oleh lumba-lumba.

2. Cara pengangkutan
Mereka kemudian diangkut dari satu lokasi ke lokasi lain dengan cara yang tidak layak. Dengan tempat yang terlalu sempit untuk tubuh dia. Jangankan berenang, bergerakpun mereka tidak bisa. Mereka diperlakukan layaknya benda mati.






3. Hidup tidak sesuai habitat
Lumba-lumba hidup di air laut (walaupun ada sebagian yang hidup di air tawar) dan dapat berenang sampai kedalaman 200meter di bawah laut dan kecepatan sampai 28km/jam. Ia berkomunikasi lewat sistem sonar menggunakan frekuensi suara. Tidak terbayang bukan, di tempat sirkus ia ditempatkan di kolam sempit dan dangkal. Suara bising dan gemuruh dari penonton dan sound sistem juga dapat merusak indera pendengarannya. Belum lagi air yang digunakan di tempat sirkus bukanlah air laut asli, melainkan air tawar yang ditambahkan garam. Kandungan garam ini dapat melukai dan merusak mata dan pendengaran lumba-lumba.

4. Cara melatih agar menurut
Agar lumba-lumba menuruti perintah manusia, lumba-lumba dibiarkan kelaparan. Bahkan apabila ia tak juga menurut, manusia tidak akan memberinya makan selama tiga hari dan pada akhirnya lumba-lumba akan menuruti perintah manusia dengan di iming-imingi ikan tidak segar. Jelas cara ini sangat menyiksa lumba-lumba, ia dipaksa menuruti kemauan manusia semata-mata untuk menghibur penonton dan mendapat rupiah.

5. Lumba-lumba dapat depresi dan bunuh diri
Tahukah Anda lumba-lumba makhluk yang dapat depresi. Karena kecerdasan yang hampir sama dengan manusia, lumba-lumba mempunyai emosi yang kompleks. Maka dari itu lumba-lumba dapat depresi dan tak jarang bunuh diri dengan menenggelamkan dirinya di air atau menabrakkan kepalanya ke tembok sampai ia mati. Dalam kasus sirkus, tak sedikit lumba-lumba yang akhirnya depresi dan melakukan bunuh diri.

6. Sarana edukasi, kah?
Dengan fakta yang telah dijabarkan di atas, masihkah pembaca menganggap bahwa sirkus lumba-lumba merupakan sarana edukasi untuk anak? Apa yang akan dilihat oleh anak adalah lumba-lumba merupakan hewan yang dapat dipelihara di rumah dan menuruti perintah tuannya layaknya anjing dan kucing. Padahal, lumba-lumba jauh lebih indah apabila dilihat di laut lepas sedang melompat dan berkejar-kejaran sambil mendengarkan suara bisingnya.
Brillio.net

Sirkus lumba-lumba sama sekali bukan tontonan, itu adalah tindakan abusive dan eksploitasi terhadap lumba-lumba. Semoga artikel ini dapat membuka mata pembaca dan mengajak pembaca untuk tidak menonton sirkus lumba-lumba lagi agar pencari rupiah tersebut berhenti memburu lebih banyak lumba-lumba. Mari hentikan eksploitasi pada lumba-lumba!

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komen agar saya bisa berkunjung balik :)